Kamis, 29 September 2011

Kumpulan Puisi Chairil Anwar

DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh,
terasa hari akan jadi malam,
ada beberapa dahan di tingkap merapuh,
dipukul angin yang terpendam.

aku sekarang orangnya bisa tahan,
sudah berapa waktu bukan kanak lagi,
tapi dulu memang ada suatu bahan,
yang bukan dasar perhitungan kini.

hidup hanya menunda kekalahan,
tambah terasing dari cinta sekolah rendah,
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan,
sebelum pada akhirnya kita menyerah.

_____________________________________________________________________________

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merusak, rimba jadi semati tugu.

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru angin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang.

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku. 

___________________________________________________________________

HAMPA

                                                                                                Kepada Sri yang selalu sangsi

Sepi di luar, sepi menekan mendesak
Lurus-kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak
Sepi memagut
Tak satu kuasa-berani melepas diri
Segala menanti. Menanti-menanti.
Sepi.
Dan ini menanti penghabisan mencekik
Memberat-mencekung punda
Udara bertuba
Rontok-gugur segala. Setan bertempik

Ini sepi terus ada. Menanti. Menanti.
                                                                                                                                                                                                                                                                        Maret 1943
_____________________________________________________________________
PENERIMAAN

Kalau kau mau, kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Jika kau mau kuterima kembali
Tapi untukku sendiri
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi

                                                                                                                        Maret 1943
_________________________________________________________________________

AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau,

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang,
Dari kumpulannya terbuang.

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari,
Berlari,
Hingga hilang pedih peri,
Dan aku akan lebih tidak perduli,
Aku mau hidup seribu tahun lagi.
                                                                                      Maret 1943
________________________________________________________________________

PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu, dipanggang atas apimu, digarami oleh lautmu
Dari mulai tinggal, 17 Agustus 1945
Aku melangkah kedepan berada rapat disisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu dizatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

______________________________________________________________________________

DIPO NEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.

Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.

                                                                                                                       
Februari 1943
__________________________________________________________________________

KRAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
___________________________________________________________________________

PERJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu . . . . . . .
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !
___________________________________________________________________________

Malam

Mulai kelam
belum buntu malam ,
kami masih berjaga
--Thermopylae?-
- jagal tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang . . . . . . . . . . . .
________________________________________________________________________

Nisan
                                                                         Untuk nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
dan duka maha tuan betakhta.
_________________________________________________________________________

Penghidupan

Lautan maha dalam
mukul dentur selama
nguji tenaga pematang kita

mukul dentur selama
hingga hancur remuk redam
Kurnia Bahgia
kecil setumpuk
sia-sia dilindung, sia-sia dipupuk.
                                                                                    Desember 1942
_________________________________________________________________

Tak Sepadan

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros.

Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.

Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak 'kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka.
                                                                                 Februari 1943
___________________________________________________________________


By : Priscilla Putri Elizabeth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar