PUISI PENERIMAAN
Melihat perkembangan zaman yang
serba modern ini bila kita membahas mengenai puisi terlihat seperti hal yang
aneh untuk dibicarakan. Padahal puisi itu sendiri mempunyai cirri khas yang
unik, karena didalam puisi tersebut mempunyai banyak seni untuk diperlihatkan.
Dari tema, amanat, nada, suasana, ritme, rima, diksi, gaya bahasa, dan sampai
tipografi puisi inilah yang menjadikan puisi adalah sebuah karya sastra yang
patut dihargai dan dipertahankan. Bila kita melihat ke masa lampau di Indonesia
banyak melahirkan penyair-penyair puisi yang hebat. Pasti tentunya kita
mengenal penyair seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail, W.S Rendra, Kirjomulyo,
Darmanto Yatman, Sapardi Djoko Damono, dan masih banyak lainnya. Puisi di
Indonesia seiring perkembangan zaman mengalami perkembangan, yaitu mulai dari angkatan balai pustaka, hingga puisi jaman sekarang.
Berbicara mengenai penyair puisi
yang terkenal akan terlintas dipikiran kita sosok Cahiril Anwar. Chairil Anwar
adalah seorang penyair puisi legendaris yang dikenal juga sebagai “Si Binatang Jalang” (dalam
karyanya berjudul “Aku”). Cahiril Anwar telah menciptakan karya sastra puisi
sebanyak 70 puisi dan menulis karya sastra lainnya sebanyak 69 karya sastra.
Chairil Anwar juga pelopor Angkatan ’45 yang menciptakan trend baru pemakaian
kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid dan kuat. Sosok Chairil
Anwar dengan prestasi yang begitu luar biasa dalam menciptakan puisi kini hanya
dapat dinikmati karya puisi-puisinya saja, sebab sosok Chairil Anwar sudah
meninggal sejak tahun 1949 karena sakit TBC yang dideritanya.
Banyak masyarakat biasa maupun dari
kalangan pencinta sastra tahu betul puisi karya Chairil Anwar yang berjudul
AKU, tetapi dalam kenyataannya Chairil Anwar banyak menciptakan karya sastra
puisi yang begitu unik dan menarik untuk dipahami lebih dalam lagi. Chairil
Anwar banyak sekali menciptakan puisi-puisi romantis dengan jari jemarinya. Salah satu
puisi romantis miliknya yaitu puisi yang berjudul Penerimaan. Puisi Chairil
Anwar yang berjudul Penerimaan sangat menarik untuk dipahami lebih dalam, dari
arti yang tersirat dalam puisi tersebut sampai pada pesan yang ingin
disampaikan oleh sang penyair, Chairil Anwar. Bila diteliti lebih dalam makna
puisi Chairil Anwar yang berjudul Penerimaan menggambarkan bahwa tokoh aku
dalam puisi tersebut memberikan kesempatan untuk tokoh kau dalam puisi tersebut
kembali lagi bersama tokoh aku.
Biasanya tokoh aku yang digambarkan
dalam puisi adalah sosok dari sang penyair, dalam puisi penerimaan tentunya
Chairil Anwar, tetapi dalam puisi romantis milik Chairil Anwar ini sangatlah
berbeda. Tokoh aku dalam puisi yang biasanya diperankan oleh sang penyair pada
puisi Penerimaan adalah istri Chairil Anwar sang penyair, yaitu Hapsah. Puisi ini diciptakan oleh Chairil
Anwar ketika beliau sedang menderita sakit namun sang istri masih setia
merawatnya. Goresan jari jemari dan perasaan Chairil Anwar dalam puisi ini
mengutarakan apa yang sebenarnya dirasakan oleh sang istri, Hapsah.
Penerimaan
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Hapsah yang berperan sebagai tokoh
aku dan sang penyair Chairil Anwar yang berperan sebagai tokoh kau dalam puisi
tersebut mengalami pertikaian yang rumit. Hapsah yang diperankan dalam tokoh
aku menggambarkan sosok wanita yang sakit hati karena sudah dikhianati oleh
pasangannya dengan pihak ketiga dan tetap setia menunggu pasangannya untuk
kembali bersama lagi, yaitu tokoh kau. Namun karena ketulusan cintanya terhadap
pasangannya, tokoh aku yang diperankan oleh Hapsah akan membuka hatinya untuk
pasangannya dengan sepenuh hati bila pasangannya ingin kembali lagi dalam
kehidupan Hapsah. Ini dibuktikan dalam puisi tersebut yang berbunyi Kalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati.
Hapsah
masih setia sendiri menunggu sang suami pulang ke dalam pelukannya, walaupun
Hapsah tahu bahwa sang suami bukan seutuhnya miliknya lagi karena telah terbagi
oleh wanita lain, tetapi Hapsah masih menerima sang suami dengan sepenuh
hatinya, dengan keikhlasan
hatinya, dan dengan ketulusan hatinya. Hapsah yang senantiasa menunggu sang
suami kembali, memberikan harapan pada sang suami untuk tidak usah malu dan
harus mau menemui Hapsah untuk memintanya kembali pada dirinya. Hapsah juga
meminta kepada sang suami untuk tidak usah takut memintanya kembali. Ini
dibuktikan dalam puisi tersebut yang berbunyi Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari
sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani.
Tokoh aku yang diperankan oleh
Hapsah membuka pintu harapan bagi sang tokoh kau yaitu Chairil Anwar untuk
kembali dan memaafkan sang suami Chairil Anwar yang sudah mengkhianatinya.
Hapsah juga meminta kepada Chairil Anwar jangan lagi mengkhianatinya, menduakan
cintanya dengan wanita lain, karena sesungguhnya Hapsah tak ingin berbagi
dengan wanita lain. Bahkan dengan cermin pun Hapsah tidak ingin berbagi suami.
Ini dibuktikan dalam puisi tersebut di bait ke-5 sampai bait terakhir, yaitu
berbunyi Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Seperti itulah kisah yang tersirat
dalam puisi yang berjudul Penerimaan karya Chairil Anwar. Sangat romantis,
penuh dengan suka duka, pengorbanan yang sangat tinggi, kesetiaan yang sangat
diperjuangkan, dan ketulusan seseorang yang mencintai pasangannya dengan
apanya.
By : Priscilla Putri Elizabeth
setahu saya, chairi anwar menikah dengan hapsah itu pada tanggal 6 september 1946.(baca di http://undedescendit.blogspot.com/2011/06/sekelumit-cerita-dari-dia-pengembara.html) sedangkan chairil membuat sajak 'penerimaan pada maret 1943. jadi sungguh tidak relevan kalau tokoh 'aku' pada sajak 'penerimaan adalah sebagai hapsah.
BalasHapuskunjungi balik yaaa,
edelmar.blogspot.com