Lelah Karya Remy Sylado
Abstrak
Remy Sylado adalah sastrawan
Indonesia yang hebat dan terkenal. banyak karya sastra seperti puisi yang sudah
diciptakan, yang terkenal adalah puisi Mbeling. Selain itu Remy Sylado juga
banyak menciptakan karya sastra lainnya seperti cerpen. Puisi Lelah karya sang sastrawan
Indonesia ini yaitu Remy Sylado diambil dari kumpulan puisi-puisi yang telah
diciptakannya, seperti puisi Mbeling, Percakapan, dan masih banyak lagi. Puisi
lelah karya Remy Sylado ini mengandung unsur-unsur puisi seperti diksi atau
gaya bahasa, ritme, rima, dan masih banyak lagi lainnya. Unsur-unsur yang
terkandung dalam puisi Lelah dapat dikaji dengan Pendekatan Pragmatik. Puisi
Lelah karya Remy Sylado ini mempunyai
makna yang
menggambarkan seseorang yang sedang merasa lelah dengan keadaan yang
mengharuskan dia mencari seseorang, tapi disamping dengan kelelahannya mencari
seseorang dia tidak menyerah. Dia tetap ingin terus berusaha mencari seseorang
yang menjadi pujaan hatinya.
Kata kunci : Puisi
Lelah karya Remy Sylado mempunyai makna yang menggambarkan seseorang yang sedang merasa lelah, tapi dia tidak menyerah.
1.
Pendahuluan
Bernama asli Jubal Anak Perang atau
disingkat Japi Tambayong. Remy Sylado adalah seniman komplit. Ia menulis puisi,
novel, drama, esai. Ia juga berkecimpung dalam seni musik, seni rupa, dan
terutama seni teater. Selain itu, ia juga sering tampil dalam sinetron-sinetron Indonesia.
Sesuatu yang khas dari Remy Sylado adalah ia menyenangi warna putih. Ia sering
tampil dengan pakaian serba putih, bahkan sepatu, ikat pinggang, topi, dan
mobilnya pun berwarna putih.
Namanya biasa juga ditulis dengan
angka 23761. Angka itu diambilnya dari chord pertama
lirik lagu All My Loving karya
The Beatles. Angka tersebut juga dibuat berdasarkan pengalamannya pada tanggal
23 bulan 7 tahun 1961, saat ia pertama kali ia mencium wanita. Angka itu
kemudian dipakai pula untuk kelompok teater yang ia bentuk di Bandung ‘Dapur
Teater 23761’.
Memuali kariernya sebagai wartawan
majalah Tempo, sebelum menjadi redaktur harian Tempo, Semarang (1965) dan
redaktur Aktuil (1970-1975). Seiring kesibukannya di majalah Aktuil, ia
mengajar di Akademi Sinematografi Bandung (1971) untuk mata kuliah estetika, make-up,
dan dramaturgi. Menguasai bahasa Arab, Ibrani, Mandarin, dan Yunani di Seminari
Theologia Baptis, Semarang. Pernah menjadi Ketua
Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung (1977). Dikenal juga sebagai seorang
musisi. Lagu-lagu karyanya bercorak folk, rock, country dan dixie yang memang
berbeda dengan musik pop Indonesiaumumnya.
Sampai awal 1985, Remy telah menghasilkan 13 album kaset. Tidak semua lagu ia
nyanyikan sendiri, beberapa di antaranya dibawakan oleh penyanyi lain. Ia juga
dikenal sabagai pelukis dan sering ikut pameran bersama.
Pelopor ‘puisi mbeling’ (puisi yang
sifatnya memprotes tetapi melalui pengungkapan yang sederhana, lucu dan penuh
sindiran) ini juga dikenal sebagai seorang penulis. Sejak tahun 1970-an, Remy
telah menghasilkan 50-an novel, 20 diantaranya novel anak-anak dan 30-an naskah
drama.
2.
Teori
Pendekatan Pragmatik
Secara umum pendekatan pragmatik
adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan
pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun sepanjang zaman.
Definisi lain
mengatakan bahwa pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang
menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami,
dan menghayati karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan sebuah karya merupakan karya sastra atau bukan.
Horatius
dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah
berguna atau memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam
kehidupan. Dari pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatik. (Dikutip dari Wahyudi
Siswanto, 2008: 181-191).
Pendekatan
Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap perananan pembaca, dalam
kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya,
yaitu teori resepsi, pendekatan Pragmatik dipertentangkan dengan pendekatan
ekspresif. Subjek pragmatik dan subjek ekspresif sebagai pembaca dan pengarang
berbagai objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaanya, pengarang merupakan
subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus, fungsi-fungsinya dihilangkan,
bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama
sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama
bahkan dianggap sebagai penulis.
3.
Pembahasan
Analisis Puisi Lelah Karya Remy Sylado dengan Pendekatan Pragmatik
Dibawah
ini adalah puisi karya Remy Sylado yang akan dianalisi dengan menggunakan
pendekatan Pragmatik.
Lelah
Lelah
Usai sudah
Hanya angin tertiup hempaskan gelisah
Kurindu hangat alam di puncak Rinjani
Pasrah
Menyerahlah setiap yang ingin kalah
Tapi aku?
Ingin kembali mencium lembut Dewi Anjani
Dan aku tidak akan menyerah
Walau lelah menghampiri sudah
Dilihat dari segi diksi dalam puisi lelah karya Remy Sylado, penggunaan
kata atau gaya bahasa dalam puisi Lelah cukup mudah dipahami, serta pemilihan
kata yang seperti ini dapat mendukung suasana yang mengharukan. Pemilihan kata
lelah, pasrah, dan sebagainya masih mudah dipahami oleh pembaca puisi tersebut.
Ini dibuktikan dengan bait pada puisi tersebut, yaitu Lelah Usai sudah dan Pasrah Menyerahlah setiap yang ingin kalah.
Ditinjau dari segi citraan yang diperlihatkan pada puisi Lelah karya Remy
Sylado ini menggunakan cirtaan perasaan yang dituangkan penyairnya, dan pembaca
pun ikut merasakan citraan perasaan tersebut. Bila dilihat dalam puisi, citraan
perasaan ditunjukkan pada bait Kurindu hangat alam di puncak
Rinjani dan pada bait Dan aku
tidak akan menyerah Walau lelah menghampiri sudah. Citraan yang
ditunjukkan dalam puisi Lelah ini juga citraan yang dirasakan oleh indera
peraba manusia, ini dibuktikan pada bait puisi yang berbunyi Hanya angin tertiup hempaskan gelisah.
Pada puisi Lelah karya Remy Sylado ini menunjukkan adanya suatu pelambangan
yang dikatakan. Pelambangan ini menunjukkan sosok yang sangat dicari dan
dirindukannya. Sosok ini dikemukakan sosok perempuan yang dia sebut sebagai
Dewi Anjani yang berada di puncak Rinjani. Ini dibuktikan dalam puisi Lelah
pada bait Kurindu hangat alam di puncak
Rinjani dan pada bait Ingin kembali mencium lembut Dewi
Anjani.
Dilihat dari sudut pandang pembaca sebagai pembaca puisi Lelah karya Remy
Sylado, puisi ini mempunyai makna yang menarik, yaitu adalah puncak perasaan
lelah seseorang pada suatu keadaan yang harus diterimanya. Lelah telah
menghampiri hidupnya, perasaan sepi dan gelisah yang hanya menemani hidupnya.
Dia juga merasakan rindu yang dalam terhadap sesuatu. Disamping perasaan lelah
yang sedang menerpanya, tetapi rasa berjuang untuk tetap bersemangat masih
dimilikinya. Walau lelah tapi tidak menyerah.
4
By : Priscilla Putri Elizabeth
thanks alot sisstt' postingnya membantu aku bangetttttt ^^
BalasHapusYou're welcome, sista. Semoga bermanfaat ya :)
Hapus